Pada hakikatnya setiap manusia
memiliki kesempatan yang sama untuk meraih prestasi dan menggapai impian
mahasiswa yang diidamkan. Segala kekurangan yang dimiliki tidaklah layak untuk
dijadikan alasan seseorang sehingga tidak berprestasi. Orang-orang besar yang
telah menaklukkan dunia juga merupakan orang-orang yang punya kekurangan,
misalnya tokoh terkenal Helen Keller yang lahir di Tuscumbia, Alabama, 27 Juni
1880 yang buta dan tuli tidak mengetahui apa-apa perkara, namun ia juga seorang
penulis, aktivis politik, dan kaya di Amerika bahkan kisah hidupnya meraih Piala
Oscar.
Mahasiswa merupakan orang-orang
terpilih, orang-orang berprestasi yang nasibnya lebih baik daripada anak bangsa
lainnya yang tidak mendapatkan kesempatan yang sama. Namun, kini belum semua mahasiswa
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mengukir prestasi sebaik-baiknya sehingga
hanya beberapa orang sahaja yang dapat meraih prestasi gemilang.
Mahasiswa yang telah dibebani
predikat berprestasi, seharusnya pro-aktif mendukung perubahan dan perbaikan di masyarakat atau
paling tidak di kampusnya masing-masing. Pertama, mahasiswa sebagai agen
motivator bagi mahasiswa yang lain yang berada di alam kampus. Corak kesedaran dan kebangkitan semula harus ditumbuhkan
oleh mahasiswa yang lebih dalulu memiliki kesadaran akan semangat berprestasi.
Semangat berprestasi juga
terkadang harus dilihat dengan keadaan dari luar, salah satunya adalah dengan
melihat kejayaan orang lain terlebih dahulu. Mahasiswa berprestasi hendaklah
dapat membawa semangat berperestasi itu
ke mahasiswa yang lain. Prestasi yang diraih seorang mahasiswa di alam kampus,
sedikit sebanyak akan memberi pengaruh terhadap mahasiswa lain terutama yang
memiliki potensi dan kelebihan tertentu. Pengaruh itu boleh sahaja menimbulkan
idea ke arah yang positif sehingga muncul corak kesedaran yang sihat dan pada
akhirnya lahirnya motivasi untuk berprestasi di kalangan mahasiswa kampus.
Mahasiswa perlu berfikiran global dan universal dari pelbagai sudut dan
idea dalam perkara yang dilakukan. Seorang mahasiswa berprestasi tidak
selayaknya berfikir misalnya mengukur
keberhasilan dari dalam memperoleh
dalam peperiksaan akademik sahaja.
Berfikir global adalah berfikir besar secara menyeluruh termasuk di dalamnya
berfikiran sosial dan ruang lingkup yang lebih besar. Berfikir sosial dengan
cara yang lebih terbuka terhadap
mahasiswa yang lain mengikut lingkungan kampus dan suasana keadaan di alam
kampus. Mahasiswa itu kemudian diperkenalkan
dengan kepimpinan yang melihat mahasiswa
mampu membawa sesuatu lebih kehadapan. Contohnya seorang mahasiswa yang telah
mengikuti bidang kepimpinan hingga
tingkat nasional dengan cukup lama sehingga ia memiliki kemampuan kepimpinan yang lebih tinggi, kemudian
keadaan kampus belum mengalami kedewasaan pemikiran sehingga timbul kesadaran
untuk memberikan dalam penyelesaian dalam sesuatu perkara.
Berfikir lebih terbuka juga berkaitan dengan orientasi hidup seorang mahasiswa di alam
kampus . Melihat kepada buku yang berjudul Start from the End yang menjelaskan
bahawa segala sesuatu yang dilakukan seseorang seharusnya merupakan matlamat
dan arah dari tujuan akhir orang tersebut. Orientasi seorang mahasiswa
hendaklah tidak hanya terpaku pada orientasi kejayaan pribadi, tetapi juga
memperhatikan orang-orang sekitar, menumbuhkan sikap toleransi,
kenal-berkenalan dan peduli terhadap setiap keadaan kampus.
Mahasiswa juga perlu ada melakukan pertukaran idea dan
pandangan, seorang mahasiswa berprestasi mungkin memiliki pengetahuan dan
kemahiran insaniah yang lebih baik dari mahasiswa pada umumnya. Namun demikian,
tidaklah berguna jika kelebihan itu membuat seseorang menjadi sombong atau sekadar ingin memilikinya sendiri. Semangat berkongsi
pengetahuan dan kemahiran insaniah dilakukan dengan cara membuka diskusi-diskusi
ilmiah atau membimbing rakan yang kurang
aktif di kampus.
Kedudukan mahasiswa berprestasi yang sama seperti mahasiswa yang lain dapat
memudahkan bertukar pengetahuan antara satu sama lain. Mahasiswa kebiasaannya
yang ada bakat dalam bidang komunikasi yang lancar dapat menjadi nilai lebih
dari pertukaran pengetahuan yang
dlakukan oleh mahasiswa dibandingkan dengan yang dilakukan oleh pengurusan yang
berwajib khususnya untuk keadaan kampus saat ini.
Seterusnya, mahasiswa juga perlu menjadi ketua yang
berpengaruh dan menjadi ikutan dari pelbagai sudut. Jika dalam dunia kampus
yang kompleks dengan berbagai pemikiran ini maka untuk mengimbanginya perlu
kepada mahasiswa yang menjadi ketua atau pembuka jalan untuk melakukan perubahan
baru demi kemajuan kampus. Mahasiswa berprestasi harus menjadi contoh yang kreatif dan inovatif. Kemudian
menjadi pemimpin yang berkaliber dengan berfikir luar kotak dan akhirnya
kebaikan yang dimiliki oleh beberapa orang berprestasi itu mampu menjadi
teladan yang baik bagi mahasiswa yang lain.
Perkara seperti di atas hanya perkara yang perlu diambil
berat di kampus jika masing-masing individu
berprestasi dapat mula melakukannya, maka diharapkan dapat menjadi perubahan di
kampus ke arah yang lebih baik. Pada dasarnya, iklim akademik di kampus adalah
menjadi tanggung jawab mahasiswa juga. Tidak dapat dinafikan bahawa tenaga
pengajar tidaklah menjadi satu-satunya sumber memperoleh pendidikan, namun
proses pendidikan selama di kampus jauh lebih banyak untuk didapatkan dengan mahasiswa dalam pergaulan selama kuliah dan
kampus. Dunia kampus juga menjadi tempat yang paling strategik dalam pencarian
jati diri seorang mahasiswa, meskipun banyak orang yang mendapatkan masa
depannya dari kampus, namun tidak jarang pula orang yang kehilangan masa depan
di kampus.
'Bersama Memimpin Perubahan'
Muhammad Anas Bin Dollah
Bendahari Kehormat
Majlis Perwakilan Pelajar
Universiti Sains Islam Malaysia
0 ulasan:
Post a Comment